Tuesday , October 15 2024
Breaking News
Home / Ekonomi Bisnis / Penerimaan Negara dari Bea Cukai Meroket 42,1 Persen
Penerimaan Negara dari Bea Cukai Meroket 42,1 Persen

Penerimaan Negara dari Bea Cukai Meroket 42,1 Persen

Jakarta, YukUpdate – Menteri Keuangan Sri Mulyani mencatat realisasi pendapatan negara dari kepabeanan dan cukai tumbuh hingga 42,1 persen secara tahunan pada Januari-Februari 2021. Kondisi ini berbanding terbalik dari penerimaan pajak yang masih minus 4,8 persen pada periode yang sama.

Tercatat, nominal realisasi penerimaan kepabeanan dan cukai mencapai Rp35,6 triliun atau lebih tinggi dari Rp25,1 triliun pada Januari-Februari 2020.

Jumlah pemasukan dari kepabeanan dan cukai sudah mengisi 16,6 persen dari target pagu Rp215 triliun di APBN 2021.

Bahkan, pertumbuhan positif penerimaan kepabeanan dan cukai mampu membuat pendapatan negara secara keseluruhan naik 0,7 persen menjadi Rp219,2 triliun pada Januari-Februari 2021. Pemasukan dari pos ini membuat kontraksi penerimaan pajak mereda dampaknya ke pendapatan negara secara keseluruhan.

“Pendapatan negara tumbuh positif terutama ditopang dari peningkatan penerimaan kepabeanan dan cukai yang didukung pertumbuhan cukai dan bea keluar, akibat kenaikan harga komoditas serta mulai naiknya bea masuk,” ucap Ani, sapaan akrabnya, saat konferensi pers APBN KiTa edisi Maret 2021, Selasa (23/3).

Bila dirinci, penerimaan kepabeanan dari bea keluar mencapai Rp2,37 triliun atau tumbuh 380,42 persen dari sebelumnya cuma Rp490 miliar pada Januari-Februari 2020. Bahkan, penerimaan bea keluar sudah melampaui target di APBN sebesar Rp1,79 triliun.

“Komoditas (impor) bea keluar yang memberi kontribusi besar adalah harga CPO yang tumbuh delapan kali lipat. Penerimaan bea keluar juga karena harga berbagai komoditas yang membaik,” jelasnya.

Sementara, penerimaan cukai mencapai Rp28,27 triliun atau tumbuh 48,3 persen dari Rp19,06 triliun. Realisasinya sudah mencapai 15,71 persen dari target Rp180 triliun pada tahun ini.

“Cukai, khususnya dari cukai hasil tembakau naik tinggi, sampai 50,6 persen,” imbuhnya.

Tercatat, penerimaan cukai hasil tembakau mencapai Rp27,44 triliun atau naik 50,6 persen dari Rp18,22 triliun. Bahkan, porsi penerimaan cukai rokok menyumbang 97,06 persen dari total penerimaan cukai secara keseluruhan.

Sisanya, disumbang oleh cukai ethil alkohol Rp20 miliar, MMEA Rp790 miliar, denda administrasi cukai Rp10 miliar, dan cukai lainya Rp10 miliar. Sedangkan penerimaan cukai plastik masih kosong.

Untuk bea masuk, realisasinya baru mencapai Rp4,97 triliun atau terkontraksi 9,67 persen dari Rp5,51 triliun pada awal tahun lalu.

Berbeda dengan penerimaan kepabeanan dan cukai, penerimaan pajak justru masih seret. Tercatat, cuan di kantong pajak baru mencapai Rp146,1 triliun atau minus 4,8 persen dari Rp153,6 triliun pada tahun lalu.

“Meski kontraksi 4,8 persen, tapi penurunan ini masih lebih baik dari kondisi akhir 2020 yang cukup dalam,” kata bendahara negara.

Berdasarkan jenis pajak, realisasi tertinggi masih dari pajak nonmigas mencapai Rp141 triliun atau minus 4 persen dari Rp146,9 triliun pada tahun lalu. Sementara realisasi penerimaan pajak migas Rp5,1 triliun atau terkontraksi 22,5 persen dari Rp6,6 triliun.

Bila dirinci, penerimaan pajak nonmigas disumbang oleh pajak penghasilan (PPh) nonmigas Rp80,2 triliun, pajak pertambahan nilai (PPN) Rp59,1 triliun, pajak bumi dan bangunan (PBB) Rp200 miliar, dan pajak lainnya Rp1,5 triliun.

Berdasarkan jenis pajak, pertumbuhan positif ada di PPh 26 mencapai 19,47 persen, PPh Final 4,48 persen, PPN dalam negeri 8,14 persen, dan PPN impor 1,14 persen. Sedangkan yang masih minus, yaitu PPh 21, PPh 22 impor, PPh orang pribadi, dan PPh badan.

“PPh 22 membaik secara umum meski serapan tenaga kerja belum pulih, sementara insentif fiskal masih dimanfaatkan. Begitu juga dengan PPh Badan,” terangnya.

Berdasarkan sektor, pertumbuhan positif penerimaan pajak hanya berasal dari industri pengolahan 3,32 persen, pertambangan 0,54 persen, serta informasi dan komunikasi 2,72 persen.

Sisanya masih ‘memble’, mulai dari perdagangan minus 5,06 persen, jasa keuangan dan asuransi minus 9,61 persen, konstruksi dan real estate minus 22,94 persen, transportasi dan pergudangan minus 8,99 persen, dan jasa perusahaan minus 14,87 persen.

Sumber : CNN

loading...
https://thebalidestiny.com/car

Check Also

iPhone Mendadak Laku Keras di China Jelang Rilis iPhone 16

Jakarta, YukUpdate – Penjualan smartphone asing, termasuk iPhone, di China meningkat 2,7% pada Juli 2024 secara …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

error: Eitss ga bole copas lho !!