Jakarta, YukUpdate – Pandemi COVID-19 telah menjadi pupuk yang sangat ampuh bagi bisnis tanaman. Berbagai jenis tanaman hias yang booming membuat para pelaku usaha tanaman hias mendulang keuntungan berlipat ganda
Fany Irawan Putri misalnya, dia merupakan pendiri sekaligus pemilik dari Ray Garden, sebuah toko berkonsep one stop shopping untuk keperluan berkebun di rumah. Mulai dari tanaman hias, pot terakota, pupuk, media hingga printilan kebutuhan berkebun lainnya. Omzet-nya bahkan bisa mencapai ratusan juta selama pandemi.
Fany sendiri bukan penjual tanaman dadakan yang muncul ketika hobi bercocok tanam di rumah booming. Wanita ini sudah menekuni bisnis tanaman hias sejak 2017.
Sebelumnya dia merupakan salah satu karyawan di BNI, kebetulan ayahnya yang memiliki hobi tanaman. Pada 2016 ayahnya meninggal, Fany pun berinisiatif untuk mengurusi kebun tanaman ayahnya.
“2017 saya iseng coba jualan, karena dulu teman kantor saya di BNI ada yang minta, ‘mau dong tanaman kecil buat meja, gue bayar deh’. Ya akhirnya aku bikin tanaman kecil sama potnya dijual Rp 60 ribu,” tuturnya kepada detikcom.
Setelah mengurusi tanaman ayahnya, Fany pun juga kepincut dengan hobi itu. Dia mulai belajar mencacah tanaman hingga rajin datang ke pameran tanaman. Tanpa sadar tanamannya sudah banyak.
Akhirnya di Oktober 2017 Fany mulai posting koleksi tanamannya di akun Instagramnya. Fany mulai menjajal berjualan tanaman hias melalui media sosial. Berjalan selama 1 bulan, sang suami memberikan dia masukan agar mencoba untuk berjualan pot terakota.
“Aku sharing ke suami, lucu juga bisnis sampingan tanaman karena hobi dan passion. Akhirnya suami bilang kalau mau lebih menghasilkan lagi coba main pot terakota karena belum banyak,” kenangnya.
Fany yang doyan menggambar pun langsung merealisasikan ide suaminya itu. Berbekal desain yang telah dia buat, Fany datang ke perajin pot terakota di Purwakarta. Saat itu dia memesan hingga 400 pot. Benar saja dalam waktu 2 minggu 400 pot itu ludes terjual.
Fany pun berulang kali membuat desain pot terakota dengan beberapa perajin di berbagai daerah. Mulai dari Purwakarta, Bogor hingga Yogyakarta pernah dia sambangi untuk mencari perajin.
Sampai akhirnya dia mendapatkan perajin yang mau memproduksi pot terakota secara eksklusif untuk Ray Garden. Sebab saat itu pesanan produksi dari Fany bisa mencapai 3 ribu pot dalam 1 desain.
Meski Ray Garden sudah berjalan, Fany saat ini masih menganggapnya sebagai usaha sampingan. Dia belum berani untuk meninggalkan karirnya di bank BUMN tersebut. Padahal saat itu akun Instagram usahanya sudah memiliki 1.000 follower dengan penjualan mencapai Rp 1 juta per hari.
Fany menargetkan jika akun Ray Garden sudah memiliki 3 ribu follower dia akan resign. Tapi ketika sudah mencapai follower sebanyak itu, dia masih belum memiliki keberanian untuk resign.
“Karena kerja itu kadang-kadang kita merasa itu zona nyaman kita, takut ninggalin. Sampai akhirnya, kebetulan papahku pengusaha, akhirnya aku mikir memang kayanya harus nekat dan ulet dan PD,” tuturnya.
2018, Fany mulai melebarkan sayapnya dengan membuka lapak di Tokopedia. Di lapak itu dia bukan hanya menjual tanaman hias dan pot terakota, tapi juga berbagai kebutuhan berkebun di rumah. Bahkan dia juga menjual pupuk khusus yang dia ambil dari hasil kerjasama dengan pabrik pupuk di Semarang.
F any Irawan Putri, pemilik Ray Garden Foto: Dok Pribadi/Ray Garden |
Ternyata lapak dia di Tokopedia cukup sukses. Fany bisa mengantongi penjualan hingga Rp 70 juta per bulan hanya dari Tokopedia. Namun itu pun masih belum bisa membuat Fany berani untuk meninggalkan BNI.
Sampai akhirnya Fany mendapatkan kontrak rental tanaman dari sebuah perusahaan swasta yang bekerjasama dengan BUMN. Sistemnya dia harus menyewakan 100 tanaman ke perusahaan tersebut dengan 2 kali pergantian dalam 1 bulan. Per bulan dia dibayar Rp 25 juta. Akhirnya Fany lagi berpikir panjang, dia langsung mengajukan resign di Oktober 2019.
Akhrinya Fany fokus mengembangan Ray Garden. Berbagai bisnis tanaman hias dia lakoni, bukan hanya berjualan pot terakota dan tanaman hias tapi juga berbagai jasa hias tanaman mulai dari vertical garden, landscape dan tentunya rental tanaman.
Fany juga memiliki sebuah kebun seluas 800 meter yang dijadikan sebagai tempat berkebun untuk tanaman hias di daerah Jawa Barat. Dia juga memanfaatkan kebun jamur milik orang tuanya yang dijadikan green garden tempat dia menyimpan tanaman hias mahal seperti monstera variegata, monstera obliqua dan tanaman impor lainnya.
Fany juga kini mampu menyewa sebuah ruko dengan luas 1.000 meter persegi di bilangan Jakarta Timur. Dia juga mempekerjakan 9 orang karyawan untuk membantunya mengurusi penjualan baik melalui offline maupun online.
Sampai akhirnya pandemi COVID-19 muncul. Pada minggu-minggu pertama pandemi, Fany memiliki ide untuk mengambil sebanyak mungkin alat penyemprot tanaman berbagai ukuran.
Dia yakin alat itu akan laris karena bisa digunakan untuk menyemprot desinfektan. Benar saja, penjualan alat penyemprot tanamannya laris. Bahkan pernah dalam sehari dia bisa mengantongi Rp 30 juta dari penjualan alat semprot itu.
Selain itu, Fany juga mendapatkan berkah dari pandemi karena semakin boomingnya hobi bercocok tanam di rumah. Berbagai tanaman hias mulai booming seperti janda bolong atau monstera.
Bayangkan Ray Garden bisa memperoleh penjualan selama pandemi sekitar Rp 200 Juta- Rp 300 juta dalam 1 bulan. Penjualan per harinya melalui toko offline maupun di lapak Tokopedia bisa sekitar Rp 5-10 juta per hari.
Fany yakin bisnis tanaman hias tidak akan pernah mati meskipun pandemi COVID-19 sudah berlalu. Menurutnya pandemi justru telah memperluas dan menciptakan pangsa pasar baru bisnis tanaman. Sehingga tidak ada kata terlambat jika baru ingin menjajal bisnis tanaman dan kebutuhannya.
“Memang saat ini banyak yang tiba-tiba hobi tanaman karena pandemi di rumah terus. Tapi minimal mereka itu sudah jadi mengenal tanaman hias, artinya buat kita pangsa pasar baru, pangsa pasarnya semakin luas,” tuturnya.
Fany mengatakan tips sukses berbisnis di tanaman hias adalah harus terus berinovasi dan mengikuti perkembangan tren. Menurutnya sebenarnya sangat mudah untuk melihat tanaman hias mana yang akan booming dan mana yang akan anjlok harganya.
“Jadi ketika orang mulai posting banyak banget barang yang sama itu pasti nggak lama kemudian anjlok harganya. Tapi misalnya ada orang posting 1 tanaman baru tiba-tiba nggak lama udah sold, itu pasti akan naik, berarti demand-nya masih tinggi,” tutupnya.
Artikel ini telah tayang sebelumnya di : DetikFinance