Jakarta, YukUpdate – Perpustakaan di Indonesia didorong menggunakan paradigma kebermanfaatan untuk masyarakat dalam mengukur indikator kinerja kunci urusan perpustakaan. Perpustakaan harus hadir untuk menjangkau masyarakat dan mengubah kehidupan mereka menjadi lebih sejahtera.
Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas), Muhammad Syarif Bando menyatakan, parameter kemampuan perpustakaan harus diukur secara komprehensif dan tidak bisa hanya dengan satu variabel. Kinerja perpustakaan harus dilakukan secara hierarkis, dari satu kegiatan ke kegiatan lainnya dan dari satu sasaran ke sasaran lainnya.
“Contoh salah satu parameter identitas sebuah perpustakaan adalah tersedianya koleksi baru perpustakaan. Namun, banyak orang tidak lagi membutuhkan buku cetak. Oleh karena itu, perpustakaan harus meningkatkan kemampuan untuk mengelola sumber-sumber ilmu pengetahuan secara komprehensif,” kata Syarif Bando dalam webinar Pengukuran Indikator Kinerja Kunci Urusan Perpustakaan
Dia menegaskan, dibutuhkan visi dan kemampuan dari para pustakawan dan komunitas perpustakaan untuk mendukung hal tersebut. Selain itu, perpustakaan harus mengalami perubahan dalam memandang eksistensinya. Pasalnya, perpustakaan harus siap menghadapi dinamika perubahan zaman dalam menjalankan fungsinya.
“Di luar semakin ketat, kalau kita stagnan pada tugas pokok dan fungsi seperti ratusan tahun lalu, maka tinggal menunggu waktunya perpustakaan akan ditinggal. Karena itu membicarakan tentang pengukuran indikator kinerja kunci urusan perpustakaan, saat ini adalah sebuah keniscayaan. Kita berada dalam sebuah penerapan teori relativisme, tidak ada yang abadi,” urainya.
Menurut Syarif Bando, perpustakaan harus mampu memenuhi kebutuhan manusia dalam segala aspek, agar bisa menjaga eksistensinya. Para pustakawan dan pengelola perpustakaan didorong untuk memahami bahwa tugasnya melayani masyarakat.
“Karena itu, para pustakawan paradigmanya harus berubah dari cara pandang deretan hukum-hukum pengumpulan pengelompokan ilmu pengetahuan untuk bergeser kepada bagaimana melayani manusia dengan segala problematikanya, dengan segala ekspektasinya, dengan segala harapannya,” ungkapnya.
Karenanya, pustakawan dan pengelola perpustakaan tidak boleh mengeluh karena dipandang sebelah mata. Untuk mengangkat harkat dan martabat para pustakawan, Syarif Bando mendorong mereka agar mengubah pola pikir dan kerja.
“Bikinlah anda menjadi perhatian, sebab kita adalah pemilik pengetahuan. Jangan lagi merendahkan diri dengan minta diperhatikan,” pungkasnya.