JAKARTA, YukUpdate – Epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman mengingatkan bahwa pemerintah harus terlebih dahulu menyelesaikan uji klinis tahap 3, sebelum memutuskan untuk melakukan vaksinasi pada akhir 2020.
Ia pun mendorong pemerintah memastikan keamanan dan efektivitas vaksin buatan Sinovac asal China tersebut.
“Sebelum menyelesaikan uji coba vaksin tahap 3, kita tidak akan memiliki keyakinan penuh atas keamanan dan efektivitas suatu vaksin,” kata Dicky Jumat (2/10/2020).
Dicky mengingatkan, kegagalan dalam vaksinasi Covid-19 yang akan dilakukan akhir tahun berpotensi merusak upaya vaksinasi dalam jangka panjang, akibat hilangnya kepercayaan atas potensi efek samping yang timbul.
“Menurut American Council on Science and Health, uji klinis vaksin untuk penyakit infeksi hanya memiliki tingkat keberhasilan 33,4 persen, artinya sebagian besar vaksin yang masuk ke tahap uji klinis akan gagal. Tidak ada kekecualian untik vaksin Covid-19,” jelasnya.
Sementara itu, sambung dia, studi Food and Drug (FDA) Amerika Serikat pada 2017 menemukan bahwa kandidat vaksin yang memiliki hasil tahap 2 dengan menggembirakan masih bisa gagal.
“63 persen uji vaksin pada tahap 3 terbukti tidak menunjukkan efektifitas produk seperti diindikasikan di tahap 2. Dan 4,5 persen memiliki masalah keamanan yang diidentifikasi pada fase 3,” tuturnya.
Sebelumnya, Ketua Pelaksana Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) Erick Thohir menargetkan pemerintah dapat menyuntikkan 30 juta dosis vaksin Covid-19 kepada 15 juta orang pada akhir 2020.
Ia pun optimistis vaksin Covid-19 hasil kerja sama dengan perusahaan China, Sinovac dapat rampung dan mulai digunakan sebanyak 20 juta vaksin pada akhir tahun. Sementara, kerja sama Kimia Farma dengan G42 di Uni Emirat Arab (UAE) akan menghasilkan 10 juta dosis pada Desember 2020.
“Komitmen hari ini vaksin kumulatif dari dua kerja sama ini dapat 30 juta vaksin di tahun 2020, kalau satu orang butuh 2 dosis jadi 15 juta orang yang akan bisa divaksin akhir 2020, tentu kalau sesuai uji klinis berjalan baik,” katanya dalam rapat kerja dengan Komisi IX DPR RI, Kamis 27 September 2020.
Pemerintah juga telah menerbangkan tim khusus untuk meninjau langsung vaksin dari Dubai tersebut. Kata dia, Ketua Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) telah menyatakan bahwa uji klinis yang dilakukan G24 sinkron dengan kebutuhan dalam negeri.
“Kepala BPOM ke sana untuk sinkronisasi, apa uji klinis ini bisa disamakan persepsinya, ada laporan BPOM kita bisa menerima uji klinis UAE,” kata Erick.
Sumber : Okezone