YukUpdate.Online, Jakarta – Komandan Satuan Tugas Bersama Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menyebut situasi politik dan demokrasi Indonesia yang susah payah dibangun sejak 1998 kini malah mengalami kemunduran. AHY mengatakan, situasi ini tercermin semakin nyata di tengah kontestasi Pemilihan Umum 2019.
Dia berujar, pesta demokrasi yang mestinya bertujuan memajukan bangsa malah dijadikan ajang memaksakan keyakinan dan pilihan politik oleh pihak-pihak tertentu.
“Dampaknya, muncul fanatisme yang berlebihan; yang pada akhirnya, justru kontra-produktif dengan tujuan memajukan bangsa dan negara itu sendiri,” kata AHY di Djakarta Theater, Jakarta Pusat, Jumat malam, 1 Maret 2019.
AHY lantas mencontohkan berbagai persoalan yang terjadi di masyarakat akibat perbedaan keyakinan dan pilihan politik. Semisal, pertengkaran di grup Whatsapp atau layanan pesan lainnya.
Keberadaan grup yang tujuannya untuk komunikasi dan silaturahmi, kata AHY, malah menjadi ruang debat kusir untuk membela pandangan subjektifnya dengan membabi buta. Akibatnya, mereka tak mau lagi mendengar dan melihat secara jernih dan obyektif.
AHY melanjutkan, masyarakat bahkan secara sukarela, cepat, dan tanpa sadar telah ikut menyebarkan kabar bohong atau hoaks. Padahal, penyebaran hoaks ini juga memiliki implikasi hukum yang dapat merugikan diri sendiri. “Dengan kata lain, tanpa sadar, kita telah mencelakakan diri sendiri, hanya karena fanatisme terhadap pilihan politik tertentu,” kata AHY.
Masih menyoal grup Whatsapp, kata AHY, ada pula anggota yang keluar dari grup lantaran perbedaan pandangan dan pilihan politik. Variasi kejadian lainnya ialah adanya anggota yang dikeluarkan dari grup oleh admin karena dianggap mengganggu stabilitas di dalam grup tersebut.
Tak cuma silaturahmi terganggu, AHY mengatakan penggunaan warna dan simbol jari pun menjadi masalah. Simbol jari ini bisa memicu persoalan tak hanya di media sosial, tetapi juga saat berfoto. AHY berujar, bahkan kalangan perwira Tentara Nasional Indonesia turut menjadi korban hoaks.
“Simbol jari saat foto bersama yang menandakan angkatan kelulusan di Akademi Militer, dianggap sebagai dukungan pada paslon tertentu,” kata dia.
Contoh berikutnya yang dibahas AHY ialah kejadian diturunkannya seorang penumpang taksi online di tengah jalan oleh pengemudinya. Penyebabnya, si penumpang mengenakan kaus salah satu pasangan calon di pemilihan presiden 2019, yang berbeda dari pilihan si pengemudi.
“Di tempat lain, makam terpaksa dibongkar dan jenazah dipindahkan, karena pemilik tanah pemakaman dan keluarga almarhum berbeda pilihan politik,” ujarnya.
Sumber : Tempo.co