Jakarta, YukUpdate – Utusan PBB untuk Myanmar memohon Dewan Keamanan untuk mengambil tindakan dalam krisis yang meningkat di negeri seribu pagoda itu. Mereka memperingatkan risiko perang saudara dan “pertumpahan darah” yang akan segera terjadi bila junta masih dengan kekerasan meredakan protes masyarakat pro-demokrasi.
“Kekejaman militer terlalu parah dan banyak (pejuang etnis bersenjata) mengambil sikap oposisi yang jelas, meningkatkan kemungkinan perang saudara pada skala yang belum pernah terjadi sebelumnya,” kata utusan khusus Christine Schraner Burgener menurut pernyataan yang dilaporkan AFP, Rabu (31/3/2021).
Ia mengatakan bahwa PBB tetap terbuka untuk berdialog dengan junta tetapi menambahkan:jika organisasi bangsa-bangsa di dunia itu perlu mengintervensi lebih jauh.
“Jika kita menunggu hanya ketika mereka siap untuk berbicara, situasi di lapangan hanya akan memburuk. Pertumpahan darah akan segera terjadi.”
Sebelumnya tiga milisi etnis,Tentara Pembebasan Nasional Ta’ang (TNLA), Tentara Aliansi Demokratik Kebangsaan Myanmar dan Tentara Arakan, pada hari Rabu (31/3/2021) menyatakan akan bergabung dengan perjuangan para pengunjuk rasa.
Brigjen Tar Bhone Kyaw dari TNLA mengatakan bahwa ketiganya akan segera mengakhiri gencatan senjata dengan militer.
“Jika mereka terus membunuh orang, kami tidak punya alasan untuk memperpanjang gencatan senjata sepihak dengan mereka,” katanya.
Dua organisasi lain dari Persatuan Nasional Karen (KNU) dan Tentara Kemerdekaan Kachin (KIA), telah meningkatkan serangan terhadap militer dan polisi dalam beberapa hari terakhir. Serangan ini makin intens dilakukan setelah militer yang dipimpin Jenderal Min Aung Hlaing itu meluncurkan serangan udara pada akhir pekan lalu.
Menurut Asosiasi Bantuan Tahanan Politik (AAPP), sudah 520 warga sipil tewas selama demo anti militer terjadi dua bulan ini. Junta telah menahan total 2.574 orang, politisi, aktivis, dan pendukung pro-demokrasi lainnya.
Sumber : AFP