Jakarta, YukUpdate – Pasti sudah sering dengan istilah Generasi Sandwich dong. Saya pribadi sudah menulis tentang ini sejak 15 tahun yang lalu di pertengahan tahun 2000-an. Yes, saya sering membahas sesuatu lebih cepat dari masanya. Istilah ini sendiri pertama kali diperkenalkan oleh Dorothy A. Miller, pada 1981.
Profesor sekaligus direktur praktikum Universitas Kentucky, Lexington, Amerika Serikat (AS), itu memperkenalkan istilah generasi sandwich dalam jurnal berjudul “The ‘Sandwich’ Generation: Adult Children of the Aging.”
Dalam jurnal tersebut, Dorothy mendeskripsikan generasi sandwich sebagai generasi orang dewasa saat ini yang harus menanggung hidup orang tua & juga anak mereka. Studi demografis menyatakan bahwa ada sekitar 47% orang dewasa berusia 40-50 tahun yang terjebak generasi sandwich.
Tekanan psikologis yang dialami oleh generasi ini bisa terjadi karena orang tua atau generasi tua tidak menyiapkan masa tuanya dengan baik. Dalam hal ini, bukan hanya kehidupan finansial yang perlu dipersiapkan, tetapi juga menjaga kehidupan kesehatan.
Fakta kemudian membuktikan bahwa kebiasaan ini sebenarnya juga sudah menjadi turunan di Indonesia. Seperti apa contoh tersebut terjadi di Indonesia? Contoh klasik yang sering terjadi adalah, orang tua ikut anaknya untuk biaya hidup, kemungkinan besar karena uang pensiunannya sudah habis atau bahkan tidak mempersiapkan uang pensiun sama sekali.
Sementara itu sebaliknya, alasan anak menanggung orang tua adalah karena anak ingin berbakti kepada orang tua dan memang tidak ada yang salah dengan hal tersebut. Hanya yang jadi permasalahan adalah ketika kita sebagai anak tidak mempunyai kemampuan finansial untuk membiayai kehidupan orang tua dan juga keluarganya sendiri.
Harap diingat bahwa tidak semua anak mempunyai pekerjaan dengan posisi yang bagus dengan penghasilan yang cukup.
Apabila anak tersebut memiliki dana yang berkecukupan maka menanggung biaya hidup orang tua dan keluarga mereka sendiri tidak akan menjadi masalah, akan tetapi rata-rata dana yang mereka miliki relative kurang mencukupi alias mepet sehingga ini yang akan menjadi permasalahan di kemudian hari. Biaya hidup yang mepet atau bahkan kurang akan menimbulkan hutang untuk pembiayaan hidup keperluan rumah tangga sehari-hari.
Jika masih menopang kehidupan orang tua dan keluarga sendiri (beserta anak tentunya), sudah saatnya kita mulai melakukan sesuatu untuk bisa memutus mata rantai generasi sandwich ini. Hal ini harus dimulai dari diri sendiri yaitu dengan berupa mencari penghasilan tambahan. Nah, seperti apa sih tip dan trik mengatur keuangan ini? Yuk kita bahas bersama
Menata keuangan dengan baik dan budgeting
Menata keuangan dengan baik dimulai dengan cash flow dan budgeting yang baik. Kita harus bisa mengelola keuangan dengan baik agar tidak bocor dan minus setiap bulannya.
Hal ini bisa dilakukan dengan memperketat pengelolaan keuangan dan mengetahui berapa besar biaya pengeluaran harian, mingguan dan bulanan serta kebutuhan harian sesuai post-nya masing-masing.
Di sini kita harus mengutamakan pengeluaran premier serta memperhatikan pengeluaran yang sifatnya tersier seperti melakukan rekreasi hingga konsumsi barang-barang yang relative mahal yang harus dilakukan dengan pertimbangan yang lebih matang, agar keuangan tidak bocor.