Jakarta, YukUpdate – Masyarakat yang melakukan perjalanan di China pada tahun baru Imlek turun drastis. Ini karena kebijakan karantina wilayah yang secara langsung mengurangi mobilitas warga.
Perayaan Imlek di China yang digelar selama tujuh hari berturut-turut, biasanya ditandai dengan kerumunan massa umat Konghucu. Bahkan, jutaan orang biasanya rela menempuh perjalanan ribuan kilometer ke kampung halaman mereka.
Data Kementerian Perhubungan China dan firma analisis perjalanan ForwardKeys menunjukkan penurunan tajam dalam persentase 1,45 miliar penduduk negara yang melakukan perjalanan tahun ini.
Adapun sekitar 48 juta warga China diperkirakan memutuskan tinggal di 36 kota besar dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, menurut Kementerian Perdagangan, seperti dikutip Reuters, Jumat (12/2/2021).
Data Kementerian Perhubungan menunjukkan telah terjadi penurunan hingga 70% jumlah perjalanan masyarakat China di penjuru negeri dalam dua minggu menjelang tahun baru Imlek.
Indeks perjalanan yang diterbitkan Baidu Inc, berdasarkan GPS dari para penggunanya menunjukkan penurunan wisatawan sebesar 49% dibandingkan pada 2019.
Pesanan tiket pesawat untuk dua minggu sebelum Imlek hanya 32,8% dari periode yang sama tahun lalu. Sementara itu, tiket yang disiapkan selama periode liburan hanya mencapai 14,7%.
“Prospek perjalanan selama periode Tahun Baru China saat ini mengerikan… Anda dapat melihat dampak dari pembatasan perjalanan resmi dengan jelas,” kata Olivier Ponti, Wakil Presiden ForwardKeys.
Pemerintah China sendiri pada awal tahun ini telah meminta masyarakat untuk membatalkan rencana bepergian setelah varian baru Covid-19 menyebar di Negeri Tirai Bambu.
Keberadaan varian baru ini membuat pemerintah memberlakukan kebijakan karantina wilayah secara ketat alias lockdown, meskipun beberapa daerah mulai melonggarkan kebijakan tersebut.
Sumber : Reuters