Naypyidaw, YukUpdate– Miiter Myanmar telah merebut kekuasaan pemerintah sah pada Senin (1/2). Sebagai panglima tertinggi selama dekade terakhir, Jenderal Min Aung Hlaing disebut-sebut sebagai “biang kerok” kudeta Myanmar.
Seperti dilaporkan BBC, Selasa (2/2), Jenderal Min Aung Hlaing juga memegang pengaruh politik yang signifikan sebelum kudeta 1 Februari. Dengan Angkatan Bersenjata atau Tatmadaw, jenderal berusia 64 tahun itu memerintahkan penangkapan dan penahanan sejumlah negawaran sipil, termasuk Aung San Suu Kyi dan Presiden Win Myint.
Pada Senin (1/2) pagi, Tatmadaw menahan Penasihat Negara Aung San Suu Kyi, Presiden Win Myint dan para pemimpin senior lainnya, dan mengumumkan keadaan darurat selama setahun.
Jenderal Hlaing berhasil mempertahankan kekuatan Tatmadaw bahkan ketika Myanmar beralih ke demokrasi. Tetapi dia menerima kecaman dan sanksi internasional atas dugaan perannya dalam serangan militer terhadap etnis minoritas.
Ketika Myanmar kembali ke pemerintahan militer di bawah kepemimpinannya, Min Aung Hlaing sekarang tampaknya akan memperluas kekuasaannya dan membentuk masa depan negara dalam waktu dekat.
Min Aung Hlaing awalnya akan mundur sebagai panglima setelah mencapai reusia 65 tahun pada Juli tahun ini, tetapi sekarang telah memberikan dirinya setidaknya satu tahun lagi dalam kekuasaan – dan berpotensi lebih lama – dengan kembalinya Myanmar ke pemerintahan militer.
Saat Myanmar menghadapi masa depan yang tidak pasti dengan keadaan darurat, Jenderal Hlaing telah memperkuat kekuasaannya dan mengambil alih negara.
Sumber: BBC