Jakarta, YukUpdate – Kementerian Kesehatan (Kemkes) menegaskan mutasi virus sama sekali tidak memengaruhi efektifvitas vaksin Covid-19.
Pemerintah Indonesia melarang warga negara asing (WNA) dari seluruh negara masuk ke Indonesia mulai 1 Januari 2021. Larangan ini berlaku hingga 14 Januari 2021. Pemerintah mengambil kebijakan ini sebagai langkah pencegahan setelah ditemukannya strain atau varian baru virus corona di Inggris yang katanya 70% lebih menular. Namun menurut Kemkes mutasi virus ini sama sekali tidak memengaruhi efektifvitas dari vaksin Covid-19.
“Belum ada bukti ada pengaruh mutasi ke efektivitas vaksin. Tetapi yang penting sebelum virusnya beradaptasi kalau kita sudah divaksinasi bisa memutus rantai penularan,” kata dr Siti Nadia Tarmizi, Juru Bicara Pemerintah untuk Vaksin Covid-19 yang juga Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes, Rabu (30/12/2020).
Nadia menjelaskan belum ada bukti bahwa mutasi virus berefek pada materi dari platform vaksin yang ada. Misalnya mutasi terjadi pada protein virus, tetapi protein yang dimaksudkan bukan yang diambil sebagai bahan baku untuk vaksin.
Vaksin Sinovac misalnya adalah vaksin dengan platform inaktivasi (inactivated) atau dilemahkan bahkan lebih bertahan terhadap mutasi. Vaksin dengan platform inaktivasi adalah virusnya dilemahkan sehingga tidak membuat seseorang tidak terinfeksi atau sakit setelah divaksinasi.
Nadia menjelaskan, virus bermutasi biasa terjadi. Oleh karena itulah sejak masa virus flu burung pertama, setiap negara wajib melakukan surveilans. Secara rutin mengambil sample virus kemudian memeriksa sekuensingnya untuk memastikan ada tidaknya perubahan mutasi dari virus tersebut.
Di Indonesia sudah 125 sequencing virus yang diperiksa, namun sampai saat ini belum ada mutasi seperti yang ditemukan di Inggris. Sejauh ini tidak ditemukan atau dilaporkan adanya varian baru virus corona di Indonesia.
“Belum ditemukan (varian baru) dari sequencing yang sudah dilakukan oleh 11 laboratorium di Indonesia,” kata Nadia.
Diketahui, otoritas kesehatan di Inggris mengumumkan adanya varian baru dari SARS-CoV-2 pemicu Covid-19. Strain baru ini dikenal dengan SARS Cov-2 VUI 202012/01.
Dikatakan varian baru ini lebih menular hingga 70% dibanding virus sebelumnya. Karena mutasi meningkatkan kemampuan virus untuk menginfeksi sel di dalam tubuh. Namun sekali lagi Nadia mengatakan bahwa ini belum ada buktinya. Semua masih dalam investigasi.
Vaksinolog sekaligus dokter spesialis penyakit dalam, dr Dirga Sakti Rambe, juga mengatakan sampai saat ini mutasi virus tidak berdampak pada efektivitas vaksin. Namun tetap harus diwaspadai karena belum diketahui bagaimana dampak mutasi ke depannya. Supaya tidak bermutasi terus-menerus, maka harus meminimalisasi atau menghentikan penyebaran Covid-19.
Menurut Dirga, vaksin Covid-19 tergolong dalam jenis vaksin mati. Vaksin mati artinya vaksin yang diberikan kepada tubuh tidak ada risiko, atau risikonya nol untuk menyebabkan penyakit.
“Jadi tidak mungkin ada orang setelah divaksinasi Covid-19 menjadi sakit Covid-19. Itulah keunggulan dari vaksin mati,” kata Dirga.
Dirga juga mengatakan, masyarakat tidak perlu mengkhawatirkan soal adanya fenomena antibody-dependant enhancement (ADE) pada vaksin Covid-19. Karena ADE dalam berbagai penelitian dan uji klinik vaksin Covid-19 tidak terbukti. Sampai sekarang pada semua merek vaksin Covid-19, risiko ADE ini tidak terjadi.
Menurut Dirga, profil keamanan dari proses uji klinik seluruh merek vaksin Covid-19 dilakukan dengan sangat baik sehingga tidak ada efek samping sangat serius sejauh uji klinik dilakukan. Dalam proses pembuatan vaksin Covid-19, WHO menerapkan standar minimal efektivitas vaksin Covid sebesar 50%.
Sumber: BeritaSatu.com