Jakarta, YukUpdate – Harga rumah akan terus naik. Kenaikan Indeks Harga Properti (IHPR) juga terus mengalami pertumbuhan setiap tahunnya dengan rata-rata nilai 3,22%. Menurut Badan Pusat Statistik sejak tahun 2017 hingga 2020 kenaikan upah gaji bersih pegawai di Indonesia secara rata-rata mencapai 4,53%.
Faktanya, meski gaji seorang pegawai mengalami kenaikan dari tahun ke tahun, harga rumah juga mengalami hal yang sama. Namun, harga dasar sebuah rumah bisa mencapai 100 atau bahkan 1.000 kali lipat dari gaji bulanan seorang pegawai.
Kredit Pemilikan Rumah (KPR) mungkin bisa menjadi solusi untuk mendapatkan rumah. Namun, tidak semua pegawai layak untuk mencicil rumah dengan jalan KPR. Maka, untuk mengetahui seberapa layak untuk mengajukan KPR, simak tips cerdas membeli rumah dari Lifepal.
1. Pahami lebih dahulu, apakah Anda layak mencicil rumah?
Bank atau lembaga pemberi kredit bisa saja memberikan penilaian skor bagus pada Anda karena ketepatan pembayaran angsuran. Namun ketahuilah dengan seksama, apakah Anda memang layak untuk mencicil rumah.
Caranya dengan mengetahui rasio utang berbanding aset Anda sendiri. Nilai rasio hutang berbanding aset menunjukkan berapa besar aset milik kita, yang dibiayai utang. Dengan membagi total utang dan total aset kita, maka kita bisa mendapatkan skor untuk rasio ini.
Nilai ideal dari rasio ini di bawah 50%. Jika nilainya lebih dari 50% maka tandanya, nilai utang kita telah melebihi nilai aset dan hal ini jelas menunjukkan ketidaksehatan finansial. Perbaikilah terlebih dulu rasio ini sebelum Anda mengajukan KPR.
2. Jangan berutang jika tak ada dana darurat
Lindungi terlebih dulu dana darurat Anda. Ketersediaan dana darurat yang ideal adalah 3 hingga 6 kali pengeluaran bulanan. Semakin banyak tanggungan kita atau semakin tinggi risiko pekerjaan kita, maka semakin besar pula kebutuhan dana darurat kita.
3. Investasikan dana Anda untuk DP rumah
Jika memang pembelian rumah ditargetkan dalam satu hingga tiga tahun ke depan, maka simpanlah dana tabungan pembelian rumah di instrumen investasi rendah risiko dan memiliki imbal hasil tetap.Advertisement
Hindari penempatan dana di instrumen tinggi imbal hasil dan tinggi risiko, karena jangka waktu menabung Anda cenderung pendek. Risiko pasar yang terjadi dalam waktu dekat tentu bisa saja mempengaruhi imbal hasil investasi Anda.
4. Pastikan cicilan rumah per bulan tak melebihi 35% penghasilan
Bank atau lembaga pemberi kredit mungkin saja menyetujui pengajuan KPR dengan nominal cicilan 50% dari penghasilan bulanan. Akan tetapi cicilan rumah yang ideal maksimal adalah 35% dari penghasilan.
Alasannya agar kita tidak perlu mengurangi pengeluaran terkait kebutuhan pokok sehari-hari, asuransi, maupun investasi untuk dialokasikan ke dalam cicilan.
5. Keluarga dan Anda harus tetap terlindungi
Risiko kematian bisa menimpa siapa saja, termasuk Anda yang tengah mencicil rumah. Tidaklah bijak bagi kita untuk meninggalkan warisan berupa utang pada keluarga tercinta kita.
Oleh karena itu, mereka yang memiliki utang, wajib terlindungi dengan asuransi jiwa. Setiap KPR umumnya dilengkapi dengan iuran asuransi jiwa guna memitigasi risiko meninggalnya debitur. Namun apa jadinya, jika seseorang tak hanya memiliki utang KPR melainkan juga ada utang cicilan mobil, kartu kredit, dan lain sebagainya.
Manfaat dari asuransi jiwa sejatinya tidak hanya berguna untuk melunasi warisan utang dari debitur. Melainkan juga bisa bermanfaat untuk biaya hidup keluarga yang ditinggal.
6. Tidak terburu-buru mempercepat pelunasan
Jika Anda berniat mengajukan KPR di bank konvensional, ketahuilah bahwa akan ada biaya penalti pelunasan dipercepat yang akan muncul. Lain halnya dengan KPR syariah.
Melunasi cicilan utang di awal waktu bukan hanya memaksa Anda keluar uang lebih banyak. Melainkan juga bisa membuat Anda kekurangan likuiditas atau aset lancar. Pahamilah dalam kesehatan finansial, jumlah aset lancar yang ideal adalah 15% hingga 20% dari total kekayaan bersih.
Keberadaan rumah baru tentu saja akan menambah nilai aset Anda yang mana akan mempengaruhi nilai kekayaan bersih. Semakin tinggi kekayaan bersih Anda, maka semakin besar pula aset lancar yang harus dimiliki.