Jakarta, YukUpdate – Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) telah berkomitmen untuk melakukan pemberantasan terhadap jaringan terorisme.
Salah satu komitmen presiden itu, yakni dibuktikan dengan aksi penangkapan sejumlah tokoh kelompok paham radikalis teroris oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).
Sayangnya, meski banyak yang tertangkap, aksi terorisme masih terus terjadi di tanah air dan mengancam kehidupan berbangsa dan negara.
Bahkan meski sebagian sudah dilakukan deradikalisasi, jaringan teroris juga masih tetap hidup dan tumbuh subur di Indonesia.
Lalu apa yang seharusnya dilakukan untuk menangkal aksi terorisme di Indonesia. Mengapa kelompok radikal masih tumbuh subur di tanah air?
Berikut petikan wawancara antara radarbali.id dengan Anggota Komisi III DPR RI I WAYAN SUDIRTA, SH.
Jaringan teroris masih tetap hidup di Indonesia meski beberapa tokoh sudah tertangkap. Apa pendapat anda?
Pertama yang ingin saya katakan, dan saya cukup sepakat dengan Presiden Jokowi bahwa teroris tidak terkait dengan satu agama manapun. Karena paham radikalis teroris ini bisa hidup di agama manapun, aliran apapun. Artinya teroris tidak melekat hanya pada satu agama.
Jaringan terorisme merupakan jaringan yang hidup dengan sel yang kuat dan parahnya jaringan ini masuk melalui doktrinasi secara kuat dan terselubung.
Keberhasilan menangkap tokoh-tokoh mereka tidak serta merta mematikan gerakannya. Untuk itu, tindakan pencegahan tetap harus dijadikan program nomor satu untuk menghadapinya.
Presiden Jokowi sendiri telah mengatakan berkomitmen untuk melakukan pemberantasan jaringan terorisme.
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) sebagai institusi resmi negara dalam upaya memberantas terorisme harus mendapat dukungan dari semua pihak.
Terorisme itu ancaman luar biasa dalam kehidupan berbangasa dan bernegara untuk itu diperlukan langkah-langkah pencegahan dengan program yang luar biasa juga.
Seperti apa bentuk dukungan Komisi III kepada Polri untuk mengungkap jaringan teroris?
Komisi III sendiri telah memberikan dukungan konkrit terhadap program pemberantasan teorisme dengan menaikan jumlah anggaran bagi BNPT pada tahun 2021 ini.
Pada tahun 2020 BNPT memiliki anggaran sebesar Rp 516 miliar. Sedangkan untuk tahun 2021 Komisi III telah menyetujui kenaikan anggaran BNPT sebesar Rp 515,9 miliar dengan ajuan tambahan Rp 304,7 miliar.
Dukungan komisi III diantaranya dilakukan untuk program peningakatan sistem teknologi dan informasi sebagai upaya optimalisasi bagi BNPT dalam program memberantas terorisme.
Dari sisi anggaran, apakah saat ini sudah mencukupi?
Ketika bicara anggaran hal ini tidak dapat kita cukup hanya melihat dari sisi nominal saja. Evaluasi terhadap program dan rencana strategis yang sedang dan akan dilakukan harus menjadi perhatian kita semua.
Parameter yang jelas dan terukur harus sama-sama kita terapkan dalam melakukan evaluasi terhadap hal ini. Secara umum sebenarnya negara sudah membuktikan komitmennya dalam upaya memberantas terorisme dengan anggaran yang dinilai cukup dengan sesuai dengan program yang telah diajukan.
Apa yang harus diperbaiki lagi dari sisi pencegahan maupun pengungkapan?
Dari sisi pencegahan dan pengungkapan, jika saya lihat catatan kepolisian, awal tahun 2021 ini, kepolisian sudah menangkap 19 terduga teroris di lima lokasi penangkapan di tiga kabupaten berbeda. Sebelumnya sebanyak 26 tersangka teroris juga ditangkap.
Tiga di antaranya perempuan. Estimasinya menurut pakar, masih ada sekitar 1.200 anggota teroris se-Indonesia.
Jumlah itu diambil dari 470 anggota mereka yang sudah dipidana terorisme dan keluar dari penjara.
Asumsinya separuh dari angka itu kembali lagi ke jaringan (teroris), dan 50 persen lainnya berhasil dideradikalisasi.
Diperkirakan satu orang menjaring atau merekrut lima orang, maka keluar angka 1.200 itu. Itulah mengapa ketika dikatakan deradikalisasi sukses atau berhasil, saya kira masih 50:50, karena rata-rata di dalam penjara mereka justru merekrut orang baru.
Selajutnya program kerja BNPT saya kira sudah cukup bagus, namun masih perlu lebih dioptimalkan lagi.
Saat ini BNPT mulai memanfaatkan media digital untuk menyebarkan konten-konten yang mengedukasi masyarakat terkait radikalisme.
Kemudian juga ada peningkatan teknologi informasi pusat analisis dan pengendalian krisis. Kedua hal ini sudah mengcover sisi pencegahan dan pengungkapan.
Hanya saja, menurut saya, yang terpenting adalah pencegahan terhadap aksi jaringan terorisme ini harus dilakukan secara massif dan melibatkan seluruh elemen bangsa dan tokoh-tokoh masyarakat.
Sumber : Radarbali