Lebanon, YukUpdate – Ledakan dahsyat di sebuah gudang di Pelabuhan Beirut, Lebanon, menyebabkan kerugian senilai US$ 3 miliar hingga US$ 5 miliar, kata Gubernur Beirut Marwan Abboud kepada wartawan, Rabu (5/8/2020). Jumlah itu setara sekitar RP 42-70 triliun.
Hal itu menambah tekanan ekonomi pada negara yang telah banyak menghadapi kesulitan tersebut. Namun demikian, pemerintah Lebanon mengatakan akan mengalokasikan 100 miliar pound Lebanon untuk menangani dampak ledakan itu.
“Lebanon telah mengalokasikan 100 miliar pound Lebanon – yang menurut nilai tukar pemerintah adalah US$ 66.335.000 – untuk menangani dampak ledakan Beirut,” tulis pemerintah di akun Twitter Kepresidenan Libanon, Rabu, menurut laporan CNN International.
Namun menurut AFP, meski nilai tukar resmi berada pada US$ 1 untuk 1.500 pound Lebanon, tingkat suku bunga yang tersedia untuk warga rata-rata jauh lebih tinggi karena inflasi dan depresi ekonomi telah berlangsung selama berbulan-bulan.
Menurut warga Beirut dan aplikasi yang banyak digunakan untuk melacak nilai tukar pasar gelap, US$ 1 akan setara dengan sekitar 8.200 pound Lebanon untuk warga rata-rata pada saat pengumuman.
Sebelumnya, ledakan besar yang terjadi di Pelabuhan Beirut (Port of Beirut) terdengar pada pukul 18.02 Selasa waktu setempat.
Ledakan bersumber di sebuah gudang, yang diyakini menyimpan bahan-bahan yang mudah meledak. Presiden Michel Aoun mengatakan bahwa 2.750 ton amonium nitrat, yang digunakan dalam pupuk dan bom, telah disimpan selama enam tahun di gudang pelabuhan itu tanpa langkah-langkah keamanan.
Pada saat ledakan terjadi, terlihat kepulan asap hitam dan merah yang mengirimkan gelombang kejut seismic, menghancurkan jendela-jendela, gedung-gedung dan mengguncang ibukota Lebanon itu. Menurut AFP, lebih dari 100 orang meninggal dalam ledakan itu dan lebih 4.000 orang terluka.
Sumber : CNBC